Senin, 14 Februari 2011

Perekonomian Indonesia Semakin Membaik

Denpasar (ANTARA News) - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana menegaskan, perekonomian Indonesia semakin membaik, seiring dengan berkurangnya tekanan krisis ekonomi global.

"Kondisi tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang sangat berpeluang semakin membaik di masa-masa mendatang," kata Armida dalam sambutan tertulis disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah Bapenas MaX H.Pohan di Denpasar, Kamis.

Menteri menyatakan, berkat pertumbuhan ekonomi yang membaik posisi Indonesia berubah dari urutan 50 pada 2005 menjadi posisi 42 pada 2009 dari 57 negara di belahan dunia.

Kondisi itu berdampak pula terhadap semakin baiknya citra Indonesia di dunia internasional, dengan mememiliki daya saing tinggi untuk investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

Armida mengungkapkan, dalam iklim investasi, posisi Indonesia membaik dari urutan ke 129 pada 2008 kini menjadi posisi 122 dari 183 negara yang menjadi sasaran investor untuk menanamkan modalnya.

Indikator keberhasilan lainnya adalah kemiskinan dan pengangguran yang cenderung menurun.

Kemiskinan turun dari 16,7 persen pada 2004 menjadi 14,1 persen 2009, sementara pengangguran turun dari 9,9 persen pada 2004 menjadi 8,1 persen pada 2009. (*)


sumber : http://www.antaranews.com/berita/1271921023/bapenas-perekonomian-indonesia-semakin-membaik

Sektor Industri Masih Dominasi Perekonomian Indonesia

[JAKARTA] Sampai tahun 2010, struktur perekonomian Indonesia masih tetap didominasi oleh sektor industri yakni sebesar 24,8 persen. Sementara sektor pertanian hanya 15,3 persen, sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran 13,7 persen.

Demikian disampaikan Sekjen Kementerian Perindustrian, Anshari Bukhari, di kantornya, Selasa (8/2).

Ia mengatakan, sektor industri pengolahan non migas pada tahun 2010 menyumbang sekitar 21,6 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 22,6 persen.

Sementara itu, pada triwulan IV 2010 sektor industri pengolahan non migas tumbuh 6,0 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009. "Secara kumulatif, pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2010 sebesar 5,1 persen," kata dia.

Anshari mengatakan, kondisi tersebut menggambarkan, perkembangan sektor industri sudah berada pada tren positif naik, bahkan telah melampaui target pertumbuhan industri yang telah ditetapkan sebesar 4,65 persen untuk tahun 2010.

Dalam rangka menjadi tren positif tersebut, kata dia, perlu diciptakan iklim investasi yang kondusif dan meminimalkan biaya ekonomi tinggi melalui akselerasi pembangunan infrastruktur. Selain itu, kata dia, perlu ditingkatkan lingkungan global saat ini yang persaiangannya semakin ketat sehingga pembangunan industri perlu dipercepat dan dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi lainnya.

Di tempat yang sama Dirjen Pengembangan Wilayah, Kementerian Perindustrian, Dedy Mulyadi, mengatakan, berdasarkan analisis pertumbuhan per cabang industri pada tahun 2010, masih terdapat satu cabang industri yang tumbuh negatif yaitu industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar -3,5 persen.

Sedangkan delapan cabang industri lainnya mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatan yaitu tumbuh sebesar 10,4 persen. Kemudian diikuti oleh industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang tumbuh sebesar 4,7 persen.

Secara kumulatif, kata Dedy, sampai dengan triwulan IV tahun 2010 pertumbuhan industri yang dapat dicapai sebesar 5,1 persen dengan nilai PDB sebesar Rp 549.7733 miliar. Pertumbuhan tahun 2010 ini, kata dia, jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya tumbuh sebesar 2,6 persen.

Hal ini, kata dia, didukung oleh kinerja ekspor yang cukup tinggi serta semakin membaiknya perekonomian global. Di samping itu, impor juga meningkat khususnya impor barang modal yang diperlukan untuk mendukung peningkatan kapasitas perekonomian.

Anshari mengatakan, industri barang kayu dan hasil hutan yang mengalami pertumbuhan negatif perlu mendapat perhatian pemerintah. Beberapa upaya yang dapat ditempuh adalah peningkatan penguasaan pasar internasional dan memperkuat keterkaitan hulu-hilir melalui pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dengan program hilirisasi. [E-8]

sumber : http://www.suarapembaruan.com/home/sektor-industri-masih-dominasi-perekonomian-indonesia/3479

TUGAS 1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Capai 6% Tahun ini


Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.

"Di samping tetap kuatnya permintaan domestik, perbaikan terutama bersumber dari sisi eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global, seperti terlihat dari ekspor yang mencatat pertumbuhan positif sejak triwulan IV-2009," kata Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono dalam siaran pers BI di Jakarta, Kamis (11/3).

Pemulihan ekonomi global terlihat dari berbagai indikator ekonomi baik di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang maupun di kawasan Asia (China dan India).
Di Amerika Serikat, pemulihan tercermin pada pengeluaran konsumsi masyarakat yang terus menguat dan dibarengi peningkatan respons di sisi produksi.

Sementara itu di Jepang, ditandai oleh pertumbuhan positif pada triwulan terakhir 2009. Di China dan India, indikasi pemulihan ekonomi lebih jelas terlihat seperti tercermin pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Berbagai perbaikan tersebut memberikan dampak positif bagi negara-negara yang menjadi mitra dagang, termasuk Indonesia.

Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.

Peningkatan ekspor tidak hanya terjadi pada komoditas pertambangan dan pertanian, tetapi juga ekspor komoditas manufaktur yang mulai meningkat. Perkembangan ini mendukung pertumbuhan di sektor industri dan sektor perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, aktivitas impor sedikit meningkat sejalan dengan peningkatan ekspor tersebut, meskipun pada tingkat yang masih rendah.

Transaksi berjalan pada triwulan I-2010 diperkirakan mencatat surplus yang lebih besar dari perkiraan semula. Sementara itu, keyakinan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik tercermin pada surplus transaksi modal dan finansial yang masih cukup tinggi.

Dengan berbagai perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2010 surplus NPI diperkirakan lebih baik dari perkiraan semula. "Tinggal 1 notch lagi bagi Indonesia untuk mencapai investment grade, sehingga akan semakin memberikan keyakinan yang lebih besar bagi investor asing untuk meningkatkan investasinya di Indonesia," ujar Hartadi menanggapi perbaikan sovereign rating Indonesia oleh Fitch menjadi BB+ dari semula BB beberapa waktu lalu.

Selain kinerja ekspor yang membaik tersebut, kegiatan konsumsi swasta juga menunjukkan perbaikan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan berbagai indikator konsumsi seperti impor barang konsumsi, penjualan mobil dan motor, serta penjualan ritel.

Ke depan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap meningkat sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi karena income effect dari perbaikan ekspor dan terjaganya tingkat keyakinan konsumen.

Di sisi harga, tekanan inflasi diyakini belum akan signifikan setidaknya pada semester I-2010. Perkembangan inflasi dalam dua bulan pertama 2010 masih tetap terjaga pada tingkat yang rendah.

Relatif terkendalinya inflasi juga tercermin pada perkembangan inflasi inti yang turun dari 4,43 persen (yoy) pada Januari 2010 menjadi 3,88 persen (yoy) pada Februari 2010.

Kenaikan inflasi IHK di awal 2010 terbukti bersifat temporer, terutama karena kenaikan harga beras, dan diperkirakan tidak terjadi lagi lonjakan harga dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan telah datangnya musim panen di berbagai daerah.

Kemungkinan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap inflasi sepanjang diterapkan terutama pada kelompok pelanggan besar. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diyakini akan tetap terjaga pada sasaran yang ditetapkan yakni 5 persen + 1 persen pada 2010 dan 2011.

"Meskipun kegiatan ekonomi domestik meningkat, saya yakin belum akan melampaui tingkat output potensialnya, sehingga belum akan menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan dari sisi fundamental," tutur Hartadi.

*****





Pemerintah menargetkan Indonesia untuk masuk dalam 12 besar negara dengan kekuatan ekonomi mapan pada tahun 2025. Visi Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025 disusun dengan sasaran kenaikan nilai nominal produk domestik bruto dari 800 miliar dollar AS saat ini menjadi 3,8 triliun dollar AS-4,5 triliun dollar AS.
Rencana ini dapat terwujud dengan memperkuat program pengembangan koridor ekonomi Indonesia yang akan membagi wilayah domestik ke dalam enam kawasan pusat pertumbuhan.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, dengan nilai nominal produk domestik bruto (PDB) tersebut dan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia, pendapatan per kapita pada 2025 antara 12.900 dollar AS dan 16.100 dollar AS. "Akan tetapi, yang paling esensial bukan hanya angka makronya, melainkan juga kualitas dari peningkatan ekonomi," paparnya, akhir pekan lalu.
Sementara itu, untuk rencana tahun ini, Hatta mengharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah harus di atas 7 persen dan rata-rata inflasi 4 persen sampai 6 persen. Adapun tingkat pengangguran hanya 5,6 persen dan tingkat kemiskinan 8 persen-10 persen.
“Pendapatan per kapita kita mendekati 5.000 dollar AS. Pada saat itu, PDB per kapita kita sudah harus di atas Rp 1 triliun. Sementara itu, PDB kita sudah mendekati 800 miliar dollar AS dan menuju 1.000 miliar dollar AS pada 2014,” terang Hatta.
Untuk mewujudkan visi tersebut, pemerintah telah menetapkan 8 program utama dan 18 aktivitas ekonomi. Kedelapan program utama yang akan didorong itu adalah industri, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi, dan pengembangan kawasan.
Dalam program industri, kata Hatta, terdapat enam aktivitas ekonomi utama, yakni pengembangan industri baja, makanan dan minuman, industri tekstil, mesin dan peralatan transportasi, industri perkapalan, serta pengembangan food estate. (Bambang Rakhmanto/Kontan)


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/14/07233770/RI.Masuk.12.Besar.Negara.Mapan.Dunia
http://ekonomi.tvone.co.id/berita/view/34206/2010/03/11/pertumbuhan_ekonomi_indonesia_diperkirakan_capai_6_tahun_ini/